Rabu, 15 Mei 2013

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM STUDI ISLAM

A. Pendahuluan
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang  mempelajari masalah-masalah kejiwaan manusia yang tercermin dalam prilaku yang nyata. Objek formal psikologi adalah jiwa manusia. Jiwa manusia bersifat abstrak dan tidak konkrit, karena itu untuk memenuhi unsur empiris psikologi sebagai ilmu pengetahuan, maka psikologi mempelajari gejala-gejala jiwa manusia yang tampak secara lahir.
Layaknya disiplin ilmu yang lain, disiplin ilmu psikologi dapat dipakai untuk mengkaji gejala keberagamaan masyarakat, termasuk di dalamnya masyarakat muslim. Apa yang dikaji oleh studi Islam menggunakan pendekatan psikologi adalah hubungan antara agama dengan jiwa manusia. Hubungan ini dikaji melalui gejala jiwa manusia yang lahir dalam tingkah-laku dalam hubungannya dengan agama Islam.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa agama sangat mempengaruhi jiwa penganutnya. Jiwa tersebut dapat diamati secara empiris dengan mengamati tingkah-lakunya dengan menggunakan pendekatan psikologis.
Bagian ilmu psikologi yang memfokuskan kajiannya pada jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama disebut dengan psikologi agama. Lebih lanjut, psikologi agama dapat dikatakan sebagai hasil dari studi keagamaan yang menggunakan pendekatan psikologis.
Makalah ini akan mengkaji dan menjelaskan lebih lanjut tentang pendekatan psiologis dalam studi Islam.


B. Definisi Psikologi Agama dan Pendekatan Psikologis
Term ilmu “Psikologi agama” terdiri dari dua kata, yaitu psikologi dan agama. Kata Psikologi sendiri  berasal dari  bahasa Yunani, yaitu “psyche”, yang berarti jiwa dan kata ‘logos” yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian, secara etimologis, kata “psikologi”  dapat diartikan sebagai ilmu jiwa.  Dalam terma ilmu pengetahuan, Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. 
Semua pengkaji psikologi tidak terlalu berbeda dalam mendefinisikan ilmu psikologi. Seorang psikolog, Lahey memberikan definisi “ psychology is the scientific study of behavior and mental processes” ( psikologi adalah kajian ilmiah tentang tingkah laku dan  proses mental).  Tingkah laku adalah segala sesuatu / kegiatan yang dapat diamati, sedangkan proses mental didalamnya mencakup pikiran, perasaan juga motivasi.
Dengan demikian, objek formal psikologi adalah jiwa manusia. Karena jiwa manusia tidak dapat diamati secara langsung, maka objek materilnya adalah sikap dan tingkah-laku manusia yang merupakan cermin atau perwujudan dari jiwa manusia itu sendiri.
Ada banyak hal dan aspek yang sangat mempengaruhi kejiawaan manusia, salah satunya adalah agama. Agama merupakan fenomena umum bagi manusia. Mayoritas dari manusia menganut agama sebagai kebutuhannya. Besarnya pengaruh agama terhadap kejiwaan manusia, dan populernya agama di kalangan manusia, melahirkan psikologi agama.
Psikologi agama adalah ilmu yang mengkaji kehidupan beragama pada manusia dan pengaruh keyakinan agama tersebut dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan  hidup pada umumnya.  Psikologi agama tidak hanya berhenti pada hal tersebut, psikologi agama juga mempelajari jiwa seseorang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya terhadap keyakinan sebuah agama. Intinya adalah bahwa psikologi agama adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama.
Agama dalam ilmu psikologi tidak memfokuskan pada ajaran-ajaran yang sangat rinci, akan tetapi merupakan gugusan kepercayaan yang dianut oleh manusia. Agama dalam psikologi agama tidak ditinjau dari normatifitas atau kebenaran agamanya, melainkan hanya sebatas pengaruhnya terhadap kejiawaan penganutnya. Hubungan atau pengaruh agama tersebut dapat diamati pada kejiwaan manusia yang menggejala dalam bentuk sikap, tindakan, berfikir, merasa atau sikap emosi.
Selanjutnya sebagai disiplin ilmu yang otonom, psikologi agama mempunyai lapangan yang menjadi bidang penelitiannya. Psikologi agama di sini hanya meneliti bagaimana sikap batin seseorang terhadap keyakinannya kepada Tuhan, hari kemudian, dan masalah ghaib lainnya. Juga bagaimana keyakinan tersebut mempengaruhi penghayatan batinnya, sehingga menimbulkan berbagai perasaan seperti tenang, tenteram, pasrah dan sebagainya, yang mana semua itu  dapat dilihat dalam sikap dan tingkah lakunya. Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai batas yang menjadi kajian penelitian psikologi agama, maka digunakanlah dua istilah yaitu kesadaran bergama ( religious conciousness) dan pengalaman beragama ( religious experience).
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa disiplin ilmu psikologi dapat dipergunakan untuk mendekati studi Islam. Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang menggunakan cara pandang ilmu psikologi. Karena ilmu psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia, maka pendekatan psikologsi hanya mengkaji tentang jiwa manusia.
Ketika studi Islam  didekati dengan pendekatan psikologis, maka yang menjadi objek dalam kajian tersebut adalah jiwa manusia yang dilihat dalam hubungannya dengan agama. Studi Islam yang didekati dengan pendekatan psikologis, selalu menggunakan teori-teori psikologi dan menghubungkannya dengan agama Islam.

C. Pendekatan Psikologis  Dalam Studi Islam 
Pendekatan psikologis merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Dalam pendekatan ini, yang menarik bagi peneliti adalah keadaan jiwa manusia dalam hubungannya dengan agama, baik pengaruh maupun akibat. Lebih lanjut, bahwa pendekatan psikologis bertujuan untuk menjelaskan fenomena keberagamaan manusia yang dijelaskan dengan mengurai keadaan jiwa manusia.
Sebagai disiplin ilmu yang otonom, maka psikologi agama juga memiliki beberapa pendekatan, antara lain:
1.    Pendekatan Struktural. 
Pendekatan ini dipakai oleh Wilhelm Wundt. Pendekatan struktural adalah pendekatan yang bertujuan untuk mempelajari pengalaman seseorang berdasarkan tingkatan atau kategori tertentu. Struktur pengalaman tersebut dilakukan dengan menggunakan metode pengalaman dan introspeksi.
2.    Pendekatan Fungsional.
Pendekatan ini pertama kali dipergunakan oleh William James (1910 M), ia adalah penemu laboratorium psikologi pertama di Amerika pada Universitas Harvard. Pendekatan fungsional adalah pendekatan yang dilakukan untuk mempelajari bagaimana agama dapat berfungsi atau berpengaruh terhadap tingkah laku hidup individu dalam kehidupannya.
3.    Pendekatan Psiko-analisis.
Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Sigmung Freud (1856-1939 M). Pendekatan psiko-analisis adalah suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjelaskan tentang pengaruh agama dalam kepribadian  seseorang dan hubungannya  dengan penyakit-penyakit jiwa. 
Pendekatan psikologis sangat bergantung erat dengan teori-teori psikologi umum yang dikembangkan oleh sarjana-sarjana Eropa. Karena itu pendekatan psikologis dalam studi Islam juga menggunakan teori-teori yang sama. Perbedaannya hanya pada beberapa dasarnya dan ruang lingkupnya yang lebih sempit.
Islamisasi psikologi sendiri belum mampu menemukan teori-teori khusus yang bisa digunakan dalam pendekatan terhadap studi ke-Islaman. Akan tetapi hal tersebut bukan hal yang salah atau memalukan karena tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.
Pendekatan psikologis bertujuan untuk mejelaskan keadaan jiwa seseorang.  Keadaan jiwa tersebut dapat diamati melalui tingkah-laku, sikap, cara berfikir dan berbagai gejala jiwa lainnya. Dalam penelitian, informasi tentang gejala-gejala tersebut dapat bersumber dari berbagai hal, seperti observasi, wawancara atau dari surat maupun dokumen pribadi yang diteliti.
Lebih rinci, ada beberapa teknik untuk mendapatkan informasi dari sumber informasi yang digunakan dalam penggunaan pendekatan psikologis, yakni:
1.  Studi dokumen pribadi ( personal document)
Teknik ini bertujuan untuk menemukan informasi terkait dengan kejiwaan seseorang pada dokumen yang bersifat pribadi, seperti surat, autobiograpi, catatan harian atau tulisan lainnya yang merupakan karya dari pribadi yang diteliti.
2. Kuesioner dan Wawancara

D. Penulis Dan Karya Utama Studi Psikologi Agama Secara Umum
Pada tahun 1879, di Universitas Leizing, berdiri sebuah laboratoirum pertama yang diakui sebagai laboratorium psikologi. Laboratorium ini digagas oleh Wilhem Wundt. Hal tersebut merupakan titik awal diakuinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
Untuk psikologi agama sendiri, pada tahun 1899, terbit sebuah buku berjudul The Psychology of Religion: An Empirical Study of Growth of Religion Counsciousness (Psikologi Agama: Sebuah Kajian Empriris Tentang Pertumbuhan Kesadaran Agama) yang ditulis Edwin Diller Starbuck dan H. James Leuba. Ini lah awal di mana psikologi agama muncul dan mulai berkembang.  Buku ini mengkaji tentang kesadaran beragama, sebagai bagian dari kejiawaan manusia dalam hubungannya dengan agama.
Pada tahuan 1901, James Leuba menulis artikel dengan  judul “Introduction to a Psychological Study of Religion” (Pengantar Studi Psikologi Agama) yang dimuat dalam The Monist Vol. XI Januari 1901. Artikel ini kemudian dikembangkan hingga menjadi sebuah buku pada tahun 1912 dengan judul  “A Psychological Study of Religion.” 
Sementara itu, pada 1905, William James menerbitkan buku berujudul  “The Varieties of Religious Experience” (Variasi Pengalaman Beragama) yang awalnya merupakan bahan-bahan perkuliahan yang akan diajarkan bagi mahasiswa di Universitas Edinburgh. Buku ini megkaji pengalaman beragama berbagai tokoh masyarakat.. Dengan maraknya diskursus tentang psikologi agama, baik dalam menulis buku dan materi kuliah, psikologi agama mulai dianggap sebagai cabang ilmu psikologi yang berdiri sendiri.
Lebih awal, di kalangan Muslim, telah muncul tokoh-tokoh seperti al-Kindy, al-Farabi, Ibnu Sina, Ibnu Maskawih, al-Raziy, kelompok Ikhwan al-Shafa, Ibnu Thufail, Ibnu Majah dan Ibnu Rusyd yang mengusung aliran psikologi dengan pendekatan falsafi.  Pada dasarnya, tokoh-tokoh tesebut lebih popular sebagai filosof, ketimbang psikolog. Akan tetapi mengingat karya mereka yang sangat berkaitan dengan psikologi.
Seperti al-Farabi dan Ibnu Sina, kajian tentang an-nafs (diri atau jiwa) mendapat porsi besar dalam karya-karya mereka. Akan tetapi karena ilmu psikologi belum muncul dan berdiri sendiri, maka tokoh-tokoh tersebut lebih dikenal sebagai filosof ketimbang psikolog.
Masih teintegrasi dengan ilmu lain, yakni ilmu Tasawwuf, muncul tokoh-tokoh lain seperti Abu Hamid al-Ghazali, Rabi’ah al-Adawiyah, Dzun Nun al-Mishry, Abu Yazid al-Busthami, al-Hallaj, Ibnu ‘Arabi, ‘Abd al-Karim al-Jilli, ‘Abd al-Qadir al-Jailani, al-Suhrawardi, Ibn Qayyim al-Jauziyah dan sebagainya yang mengusung psikologi dengan pendekatan tasawwuf.  Dalam pola ini, psikologi muncul dalam struktur al-qalb atau al-dzauq yang puncaknya mampu mencapai ma’rifah, mahabbah, ittihad, hulul, wihdatul wujud dan al-isyraq kepada Allah.
Untuk wilayah Indonesia, pada tahun 1970, Zakiah Drajat menulis buku dengan judul Ilmu Jiwa Agama (1970), Peranan Agama dalam Kesehatan Mental.  Selanjutnya, pada tahun 1996, Ramayulis menulis buku yang berjudul Psikologi Agama. Pada tahun 2003, Jalauddin Rakhmat menulis buku Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Dengan karya-karya tersebut, psikologi agama mulai ramai dibicarakan di Indonesia dalam hubungannya dengan studi Islam.

E. Problematika Pendekatan Psikologi Agama Dalam Studi Islam
Teori-teori psikologi kontemporer banyak dikembangkan di negara-negara Barat yang mayoritas penduduknya adalah penganut agama Kristen. Teori-teori ini lah yang kemudian diadopsi ke dalam psikologi agama yang digunakan dalam mengkaji studi Islam.
Teori-teori psikologi kontemporer yang berasal dari Barat dapat mengurangi pengertian Islam dari keseluruhan pengertiannya, hingga menampilkan Islam secara parsial atau tidak utuh. Selain itu, kerena titik berangkatnya pembahasan ini adalah konsep psikologi, sehingga sering kali membuat kita terjebak, yaitu memandang persoalan lebih berangkat dari pemahaman terhadap psikologi dari pada Islamnya.
Sebagai ilmu pengetahuan yang berkembang dan menemukan wujud epistemologi dan metodologinya di Barat, psikologi agama yang berkembang sekarang, tidak mengambil sumber dari Alquran atau sumber-sumber pengetahuan lain yang khusus diakui oleh Islam. Karena perbedaan metodologi dan sumber, teori-teori psikologi agama masih belum cukup untuk menjelaskan fenomena keberagamaan masyarakat Muslim yang dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berpengaruh kepada jiwa. 
Sebagai ilmu yang dibangun dan dikembangkan dalam masyarakat dan budaya Barat, maka sangat mungkin kerangka pikir psikologi agama ini dipenuhi dengan pandangan-pandangan atau nilai-nilai hidup masyarakat Barat. Kenyataan yang sulit dibantah adalah psikologi lahir dengan didasarkan pada paham-paham masyarakat Barat yang sekularistik. Tak jarang kita temui pandangan-pandangan psikologi berbeda bahkan bertentangan dengan pandangan Islam.
Karena itu perlu dirumuskan teori-teori yang lebih utuh, sesuai dengan epitemologi dan metodologi ilmu pengatahuan dalam Islam. Perumusan ini tidak melarang adopsi teori-teori yang telah ada dalam psikologi agama konvensional.

F. Contoh Studi Islam Dengan Pendekatan Psikologis
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang memfokuskan pencarian terhadap masalah kejiwaan manusia. Karena itu, psikologi agama mencari tahu masalah kejiwaan dalam hubungannya dengan agama. Ada beberapa contoh studi Islam yang dapat didekati dengan pendekatan psikologis, antara lain:
1.    Tentang masalah perasaan seorang ahli tasawwuf yang merasa bahwa Allah selalu dekat dengannya dan hadir dalam hatinya dan ia melakukan zikir secara terus menerus dan secara sadar. Masalah pokok dalam kajian ini adalah perasaan (dekat dengan Allah) manusia (ahli tasawwuf) dan bagaimana perasaan tersebut muncul.
2.    Masalah lainnya adalah masalah kepuasan seorang hamba terhadap kehidupannya. Di mana bisa dibandingkan antara dua gejala yakni seorang yang sederhana tapi mempunyai tingkat ibadah yang lebih tinggi dengan seorang yang cukup tapi mempunyai tingkat ibadah yang rendah. Masalah pokok yang dicari adalah pengaruh tingkat ibadah tersebut terhadap rasa puas dalam kehidupan.

G. Signifikasi Dan Kontribusi Pendekatan Psikologi Agama Dalam Studi Islam
Pertanyaan tentang pengaruh kejiwaan terhadap kehidupan beragama atau sebaliknya, pengaruh agama terhadap kejiwaan penganutnya tidak bisa dijelaskan kecuali oleh psikologi agama. Tujuan dari pendekatan piskologis adalah mencari bagaimana pengaruh keberagamaan terhadap proses dan kehidupan kejiwaan sehingga terlihat dalam sikap dan tingkah laku lahir (sikap dan tindakan serta cara bereaksi) serta sikap, dan tingkah laku batin (cara berfikir, merasa atau sikap emosi) atau sebaliknya.
Dengan demikian, penggunaan pendekatan psikologis dalam studi Islam telah menyumbang bagi perkembangan kebudyaaan dan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh umat Islam untuk memberikan penjelasan ilmiah terhadap berbagai problema dan untuk meningkatkan sumber daya manusia Muslim.
Banyak gejala keberagamaan masyarakat Muslim tidak bisa dijelaskan dengan pendekatan hukum, teologis atau pendekatan lainnya. Kasus-kasus teorisme misalnya. Kasus ini bila didekati dengan pendekatan hukum, hanya akan menghasilkan kesimpulan benar atau tidaknya aksi teror dalam hukum Islam. Pendekatan ini tidak memberikan solusi bagi penyelesaian masalah terorisme hingga akarnya. Pendekatan yang lebih sesuai adalah pendekatan teologis, dengan membandingkan ideologi para teroris dengan teologi Islam pada umumnya. Akan tetapi pendekatan ini juga tidak sempurna dalam menjelaskan masalah, karena masalah teorisme tidak murni masalah teologi, akan tetapi psikologi.  Pendekatan-pendekatan lain tidak bisa menjelaskan mengapa para teroris berani untuk melakukan bom bunuh diri, bagaimana seseorang bisa direkrut untuk dimasukkan ke dalam jaringan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya bisa dijawab oleh pendekatan psikologis.
Pendekatan psikologi agama mempunyai peranan penting dan memberikan banyak sumbangan dalam studi Islam. Psikologi agama berguna untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, difahami, dan diamalkan seseorang muslim, misalnya kita dapat mengetahui pengaruh dari ibadah shalat, puasa, zakat, haji dan ibadah-ibadah lainnya dalam kehidupan seseorang. 
Pendekatan psikologis juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi kadar dan tingkat ajaran Islam yang sesuai dengan tingkat umur seseorang. Hingga ajaran Islam tidak berubah menjadi semata-mata sistim-sistim nilai tanpa teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun kontribusi pendekatan psikologi agama dalam studi Islam adalah:
1.    Untuk membantu di dalam meneliti bagaimana latar belakang keyakinan beragama seorang muslim.
2.    Untuk membantu  menyelesaikan  masalah-masalah keberagamaan seorang muslim, seperti penyakit mental dan hubungannya dengan keyakinan beragama.
3.    Untuk mengetahui bagaimana hubungan manusia dengan Tuhannya dan bagaimana pengaruh hubungan tersebut terhadap prilaku dan cara berpikir.
Selain itu, psikologi agama juga telah digunakan sebagai cara pengobatan sakit jiwa dan mental di rumah sakit dan lembaga pemasyarakatan. Hal itu dikarenakan psikologi agama dapat digunakan sebagai alat pembina jiwa dan mental manusia. 

H. Penutup
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.  Objek formal psikologi adalah jiwa manusia, sedangkan objek materilnya adalah sikap dan tingkah-laku manusia yang dianggap sebagai cermin atau perwujudan dari jiwa manusia itu sendiri. Sedangkan psikologi agama adalah ilmu yang mengkaji kehidupan beragama pada manusia dan pengaruh keyakinan agama tersebut dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan  hidup pada umumnya.
Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang menggunakan cara pandang ilmu psikologi, yakni pendekatan yang melihat kajian pada jiwa manusia. Pendekatan psikologis dalam kajian agama merupakan pendekatan yang bertujuan untuk melihat keadaan jiwa pribadi-pribadi yang beragama. Pendekatan ini mengambil jiwa manusia yang dilihat dalam hubungannya dengan agama sebagai objek.
Ada beberapa pendekatan dalam ilmu psikologi, yakni:
1.    Pendekatan Struktural. 
2.    Pendekatan Fungsional.
3.    Pendekatan Psiko-analisis.
Meskipun psikologi berkembang di Barat, hingga terpengaruh pada cara-pandang kehidupan dan keberagamaan mereka, pendekatan psikologis memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat Muslim.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu,  Psikologi Umum. Jakarta : Rineka Cipta, 2003.

Ancok, Djamaluddin dan Fuat Anshori Suroso, Psikologi Islami : Solusi Islam atas Problema-Problema Psikologi, cet II. Yogyakarta:pustaka Pelajar, 1995.

Darajat, Zakiah, Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, 1979.

Dingagunasa, Singgih, Pengantar Ilmu Psikologi. Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1996.

Hidayat, Komaruddin, et.al., Perkembangan Psikologi Agama dan Pendidikan Islam Di Indonesia. Ciputat : Logos Wacana Ilmu, 1999.

Lahey, Benjamin B., Psychology An Intriduction. New York : Mc Graw Hill, 2003.

Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Agama: Sebuah Pengantar.  Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002.

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.

Nash, Douglas A. Bernstein, Peggy W., Essentials of Psychology. New york: Hougton Mifflin Compeny, 1998.

Ramayulis,  Ilmu Jiwa Agama.  Jakarta : Kalam Mulia, 1996

___________, Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia, 1996.

Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Agama: Sebuah Pengantar. Bandung : Mizan , 2003

Santrock, John W., Psychology,  Seventh  Edition. Texas : M. c. Graw Hill, 2002.

Wirawan, Surlito, Pengantar Ilmu Psikologi, cet II. Jakarta : Bulan Bintang, 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar